Arsitektur bangunan di tiap kota adalah sebagai suatu ciri khas kota tersebut. Medan misalnya, memiliki ciri khas arsitektur bangunan dari berbagai gaya dan budaya melayu, belanda, cina ataupun inggris yang merupakan hasil kristalisasi sejarah perkembangan kota medan itu sendiri. Di kawasan Sudirman menggunakan konsep arsitektur Garden City yang lebih dominan sentuhan arsitektur cina . Istana Maimoon, Masjid Raya nan indah dan memiliki gaya arsitektur melayu, islam timur tengah dan eropa yang di bangun sejak tahun 1906. Atap masjid ini berwarna hitam. Dikatakan bergaya arsitektur timur tengah karena bangunannya pada bagian tengah bangunan bersegi empat ini biasanya merupakan ciri ruangan terbuka pada masjid kuno di timur tengah dan india yang disebut sahn. Di katakan bergaya eropa karena pintu dan jendelanya seperti gedung-gedung yang ada di eropa.


Seiring berjalannya tahun, arsitektur kota medan terus mengalami perubahan. Banyak bangunan yang disulap menjadi ruko, mall dll. Bahkan bangunan bersejarah yang menjadi ikon kota medan pun juga telah mengalami pemugaran yang tidak mempertahankan identitas asli bangunan tersebut. Peran pemerintah kota Medan dalam menyikapi hal ini di rasa kurang tegas, karena pemerintah sepertinya kurang responsif atau cuek terhadap perubahan bangunan bersejarah ini. Mega eltra contoh banguan bersejarah yang di rubah menjadi pusat perbelanjaan atau mall. Mega eltra merupakan kantor dagang Belanda sebagai pusat perdagangan barang-barang yang terbuat dari metal. Bangunan Megra Eltra tergolong unik karena di bangun dengan memadukan arsitektur eropa dan tropis. Namun di tahun 2000 gedung ini di bongkar dan kemudian di sulap menjadi supermarket Palm Plaza.


Belum lagi pemandangan kurang menarik berupa papan iklan (billboard, pamflet, spanduk,dll) bertebaran di sudut-sudut kota Medan. Berkembangnya perekonomian dan industri di kota Medan mengakibatkan bermunculan perusahaan dan usaha kecil yang akhirnya mendesak para usahawan harus berebut perhatian khalayak supaya produk yang mereka tawarkan dapat laku di pasaran. Cara mereka untuk merebut perhatian yaitu dengan memasang iklan-iklan yang sengaja di pasang di sudut kota atau bagian yang tampak mencolok di ruang kota tersebut.
Masalah kurangnya Lahan Terbuka Hijau (LTH) juga menjadi polemik, karena hanya sekitar 7% dari luas kota Medan terdapat taman kota. Pohon-pohon pelindung yang berada di sepanjang jalan kota Medan pun juga sangat minim. Menurut dinas pertamanan kota mereka sudah berupaya untuk menanam pohon, tetapi warga seringkali merusak pohon tersebut.
Dari sinilah akhirnya kita dapat mengetahui bahwa perubahan-perubahan yang terjadi di kota-kota besar selalu memiliki dampak negatif. Untuk menjadi kota besar atau metropolitan memang harus mengorbankan banyak hal. Kota metropolitan di tuntut untuk menjadi kota yang maju dari segi perekonomian, pariwisata, dan kelengkapan infrastruktur. Maka tidak heran apabila kita banyak melihat pemandangan berdirinya pusat perbelanjaan, hilangnya LTH yang disulap menjadi gedung-gedung, di bongkarnya beberapa bangunan bersejarah menjadi bangunan komersil yang menghasilkan keuntungan bagi pihak investor di kota besar seperti Medan.
Hilangnya bangunan bersejarah yang memiliki ciri arsitektur unik tersebut menjadi contoh gagalnya pemerintah dalam pelestarian kebudayaan pengembangan pariwisata. Bangunan bersejarah tersebut adalah bukti sejarah berdirinya kota Medan, kalau bangunan itu hilang tidak mungkin pemerintah membangunnya kembali sama persis dengan yang asli. Padahal apabila bangunan ini di rawat dengan baik dan di alih fungsikan dengan tetap mempertahankan bangunan asli, dapat menyumbang banyak keuntungan di pendapatan daerah.
Pemerintah harusnya bekerjasama dengan beberapa ahli tata ruang yang lebih kompeten dalam bidang penataan ruang. Ahli tata ruang pasti tahu apa yang harus mereka perbuat terhadap bangunan-bangunan bersejarah ini, apakah di renovasi? Atau di rekonstruksi?
Estetika kota Medan yang di nodai oleh terpasangnya iklan-iklan berupa spanduk, pamflet dll patut di benahi. Adanya fenomena seperti ini kembali lagi karena kurangnya peran pemerintah untuk membatasi pemasangan iklan. Kemacetan kota Medan sekarang juga kian menjadi. Bertambahnya volume kendaraan yang melintas di jalanan membuat badan jalan tidak mampu menampung kepadatan kendaraan. Sekali-sekali perlu diadakan free car day, selain itu pengadaan busway, dan pengaturan lalu lintas sangat penting di lakukan.